Isnin, 23 November 2015

Sajak 'Mentari di ufuk Senja'

Mentari di ufuk Senja

Bumi menangis,
Seakan mengerti,
Tikaman di lubuk hati.

Manusia ini,
Telah buta jiwanya,
Yang berkuasa menjadi raja,
Yang lemah menjadi mangsa,

Bom dan senjata,
Menjadi permainan mereka,
Memuntahkan peluru saban waktu,
Memetik nyawa,
Insan-insan yang tidak berdosa,
Seolah mereka tidak berharga,

Bumi bermandikan darah,
Anak-anak kecil  kehilangan arah,
Melalui debu-debu kemusnahan.

Bilakah akan berakhir,
Penderitaan ini?

Awan kolumbus hitam,
Beraraklah dikau pergi,
Moga terbit cahaya,
Walaupun,
Mentari di ufuk senja.



Nukilan,
- aimie -
24 November 2015

Sajak 'Permata yang hilang'

Permata yang hilang

Bibirku membeku,
Lidahku membisu,
Hanya mata berbicara.

Hatiku luka,
Berdarah tiada,
Seiiring dengan garis masa.

Anakku,
Dikaukah yang ku peluk dulu?
Dikaukah yang ku belai dulu?
Dikaukah yang ku payungi dulu?

Mengapa kini,
Dikau menjadi pisau hidupku,
Menghiris belati di susuk tubuhku.

Ketika jasadku semakin usang,
Ketika mataku kian kabur,
 Ketika langkahku tidak teratur,
Dikau kini menjauhi ku,
Menatap jijik tubuh kering ku,
Seolah dikau bukan dari rahimku.

Anakku,
Dengarlah pesanku ini,
Andai diriku terbujur kaku,
Dikaulah permata ku,
Tetapi,
Permata yang telah hilang…

Nukilan,
- aimie -
20 Oktober 2015